Bukan Lulusan Biasa, Tapi Doktor Termuda UGM: Perjalanan Dewi dari Anak Sopir ke Lulusan Tercepat S3

Kisah inspiratif Dewi, anak sopir dari Banyuwangi yang jadi doktor termuda dan tercepat UGM.--
KORANENIMEKSPRES.COM— Menyelesaikan pendidikan hingga jenjang doktoral adalah mimpi besar bagi banyak orang.
Namun, hanya sedikit yang bisa mewujudkannya dalam usia muda dan waktu tercepat.
Inilah kisah luar biasa Dewi Agustiningsih, yang bukan hanya berhasil meraih gelar doktor, tapi juga mencetak sejarah sebagai lulusan termuda dan tercepat di Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pada Rabu 23 April 2025, Dewi menjadi salah satu dari 1.445 mahasiswa pascasarjana yang mengikuti prosesi wisuda di UGM.
BACA JUGA:UGM Raih Peringkat Pertama Nasional dalam QS WUR by Subject 2025 untuk Klaster Bisnis dan Manajemen
Namun, Dewi bukanlah wisudawan biasa. Di tengah deretan toga dan gelar, ia berdiri paling muda, paling cepat menyelesaikan studi, dan paling inspiratif.
Usianya belum genap 27 tahun ketika ia resmi menyandang gelar doktor.
Yang lebih mengejutkan, di balik gelar akademik yang prestisius itu, Dewi memiliki latar belakang keluarga yang sangat sederhana.
Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir di Kelurahan Tukangkayu, Banyuwangi.
BACA JUGA:Membawa Nama Indonesia: Semar UGM Targetkan Kesuksesan di Shell Eco-Marathon 2025
Ayahnya, Suyanto, hanya lulusan SMP dan bekerja sebagai sopir lepas, sementara ibunya, Surahmah, sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga sebelum menjadi ibu rumah tangga penuh waktu.
"Kondisi ekonomi keluarga kami tidaklah mudah. Kami harus sangat berhati-hati dalam mengatur keuangan. Dulu, saat kakak-kakak saya masih sekolah, bapak saya masih bekerja, sehingga mereka bisa menyelesaikan SMA tanpa terlalu banyak kendala. Namun, ketika saya kelas 2 SMP, bapak saya pensiun, dan di titik itulah saya benar-benar merasakan perjuangan berat dalam menempuh pendidikan," ungkap Dewi dikutip dari berbagai media.
Namun keterbatasan ekonomi tidak pernah memadamkan semangat Dewi untuk belajar. Ia justru menjadikan kondisi tersebut sebagai bahan bakar untuk terus maju.
Alumni SMAN 1 Glagah, lulusan tahun 2016 ini, sejak muda sudah dikenal sebagai siswa berprestasi yang haus akan ilmu pengetahuan.