Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan: Fokus Ibadah vs Target Pendidikan

BACA JUGA:139 Institusi Pemerintah Dinilai Tidak Informatif, Kemenag dan 5 Perguruan Tinggi Raih Nilai Tertinggi

Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi'i, membenarkan adanya pembahasan awal mengenai ide ini, meskipun belum menjadi agenda resmi pemerintah. 

“Udah ada wacananya,” ujar Romo saat ditemui wartawan usai rapat dengan Komisi VIII DPR di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Senin (30/12/2024).

Romo mengakui bahwa wacana ini memerlukan kajian lebih mendalam sebelum diterapkan.

Menurutnya, kebijakan semacam ini harus mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampaknya terhadap kurikulum dan pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. 

BACA JUGA:Menag Nasaruddin Usulkan Pendekatan Agama untuk Perangi Korupsi

Ia juga menekankan bahwa Ramadan adalah kesempatan bagi siswa untuk memperdalam pemahaman agama melalui praktik langsung di luar lingkungan sekolah.

Pro dan kontra terkait usulan ini pun mulai mencuat di masyarakat. 

Sebagian pihak mendukung kebijakan libur penuh selama Ramadan, karena dianggap dapat memberikan waktu lebih banyak bagi siswa untuk beribadah dan memperkuat nilai-nilai spiritual. 

Namun, ada pula yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap pencapaian target pendidikan nasional. 

BACA JUGA:Kemenag dan BPJS Sinergi Berikan Jaminan Sosial untuk 165.768 Guru Madrasah Non-ASN

“Kita harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak merugikan perkembangan pendidikan anak-anak,” tambah Romo.

Di sisi lain, Nasaruddin kembali mengingatkan pentingnya esensi Ramadan sebagai waktu untuk meningkatkan kualitas diri, bukan hanya soal kebijakan libur sekolah. 

“Ramadan adalah momen refleksi dan ibadah. Saya berharap anak-anak kita tidak hanya melihat ini sebagai waktu untuk bersantai, tapi juga waktu untuk meningkatkan kualitas spiritual mereka,” tegasnya.

Hingga saat ini, keputusan final mengenai libur sekolah selama Ramadan masih dinantikan.