Sayangnya, seperti banyak kesenian tradisional lainnya, eksistensi Senjang juga menghadapi tantangan besar.
Minimnya dokumentasi, kurangnya regenerasi seniman, serta rendahnya minat generasi muda menjadi kendala yang harus segera diatasi.
Namun, jika dimaksimalkan, Senjang bisa menjadi sarana diplomasi budaya dan daya tarik wisata berbasis budaya lokal yang luar biasa.
Kini saatnya menjadikan Senjang bukan hanya sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga sebagai bagian dari strategi komunikasi dan pelestarian identitas budaya Indonesia.
BACA JUGA:Girangnya Warga 7 Kecamatan di Muba Dapat Pasokan Listrik dari PLN: Impian Puluhan Tahun jadi Nyata
Senjang adalah suara rakyat yang lembut namun mengena—tradisi tutur yang harus terus dijaga dan diwariskan.