Perasaan senang atau euforia sementara yang dihasilkan dari berjudi dapat menjadi alasan kuat bagi mereka untuk terus bermain.
4. Kurangnya Pengawasan dan Edukasi
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan lingkungan sekolah serta minimnya edukasi tentang bahaya judi online membuat pelajar rentan terhadap aktivitas merugikan ini.
BACA JUGA:Jumat Curhat, Warga Tanyakan tentang Judi Online dan SIM
Tanpa bimbingan yang tepat, pelajar tidak menyadari bahaya dan konsekuensi serius dari keterlibatan dalam judi online.
5. Kebutuhan untuk Meningkatkan Status Sosial
Di beberapa kalangan, kemenangan dalam judi online dapat dianggap sebagai prestasi yang meningkatkan status sosial.
Pelajar yang ingin diterima atau dihormati dalam kelompok tertentu mungkin merasa terdorong untuk berjudi sebagai cara untuk membuktikan diri mereka.
6. Paparan Iklan dan Promosi Judi Online
Iklan-iklan yang sering kali menargetkan kalangan muda dengan konten menarik muncul semakin agresif dan tersebar luas di internet maupun sosial media juga menjadi alasan utama pelajar terjerumus judi online.
BACA JUGA:Blokir 10 Ribu Website Judi Online
7. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Anggota keluarga atau orang terdekat yang terlibat judi online, dapat memengaruhi pelajar untuk mengikuti jejak tersebut.
Lingkungan keluarga yang tidak kondusif, di mana perjudian dianggap sebagai hal yang biasa atau diterima, dapat mendorong pelajar ikut mencoba bermain judi online.
Dengan memahami alasan-alasan tersebut, langkah pencegahan bisa diambil untuk melindungi pelajar dari bahaya judi online, termasuk melakukan upaya komprehensif dari berbagai pihak, seperti keluarga, sekolah, pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan pelajar Indonesia bebas judi online. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah:
1. Edukasi dan Kesadaran