10 Tahun Berjuang dari Putus Asa, Khairil Anam Sosok di Balik Kebangkitan Manisnya Jeruk Desa Air Talas

Kamis 29 Aug 2024 - 18:52 WIB
Reporter : Al Azhar
Editor : Al Azhar

BACA JUGA:Cara Mudah Beternak Jangkrik Agar tidak Gagal

“Masyarakat Desa Air Talas rata-rata punya kebun jeruk. Saat musim jeruk masak (panen), banyak warga yang datang langsung ke kebun. Kalau di kebun bisa makan sepuasnya, tapi pulang wajib untuk membeli. Petik langsung harganya cukup murah, hanya Rp10 ribu per kg,”ungkap Khairil Anam yang memiliki 51 anggota Kelompok Tani yang tergabung dalam Tunas Hijau.

Program pemberdayaan yang dikembangkan bersama Pertamina EP Limau Field juga telah membantu banyak petani di Desa Air Talas untuk beralih ke metode pertanian organik.

Selain membangun kembali perkebunan jeruk, Khairil juga terlibat dalam pengembangan produk turunan jeruk.

Bersama dengan para ibu-ibu di desa melalui program BUDE ARTA MAJU (Ibu-Ibu Desa Air Talas Mengolah Jeruk). Produk-produk seperti sirup, selai, dan kue pai susu dari jeruk kini menjadi komoditas yang laris di pasaran.

BACA JUGA:Apa Khasiat Buah Kurma Muda untuk Kesehatan?

Program Anggrek Dewata yang mencakup sub-program seperti BU JUSI (Budidaya Jeruk Siam Organik) dan PUTERI JELITA (Pupuk Cair Organik dari Limbah Kulit Jeruk Air Talas) terus mendorong kemandirian masyarakat Desa Air Talas. 

Berkat kesuksesannya menciptakan tricoderma yang bisa menahan serangan hama untuk tanaman jeruk di Desa Air Talas.

Khairil Anam kini menjadi sahabat bagi PT Pertamina EP Limau Field, ia dijadikan sebagai local hero di Desa Air Talas.

Bahkan Desa Air Talas berhasil meraih penghargaan tingkat nasional pada tahun 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI berkat kesuksesan dalam mengembangkan tanaman buah jeruk.

BACA JUGA:Breaking News, Dinamo Zagreb Dekati Thom Haye sebagai Rekrutan Baru!

Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan yang diberikan oleh perusahaan Migas Pertamina Hulu Rokan Zona 4, yang menunjukkan hasil nyata dari kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta.

Kepala Desa Air Talas, I Gede Arsana, mengungkapkan bahwa Desa Air Talas, yang kini dihuni oleh sekitar 350 Kepala Keluarga (KK), dikenal dengan sebutan "Trans Bali".

Karena mayoritas warganya merupakan transmigran asal Bali pada tahun 1987. Dahulu, mereka berprofesi sebagai petani sawit dalam program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), yang menjadi sumber penghasilan utama saat itu.

Menurut I Gede Arsana, mereka meninggalkan Bali karena mengalami kegagalan sebagai petani jeruk akibat serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh kutu loncat.

Kategori :