Baca Koran Enim Ekspres Online

Lahat: Surga Kopi dan Energi yang Terpendam di Sumatera Selatan

Lahat adalah dua sisi mata uang yang sama-sama berharga dan mutlak, antara lain surga kopi kita di atas dan lumbung energi bumi kita yang di dalam. foto:Ist--

KORANENIMEKSPRES.COM - Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sudah kita sadari, bahwa di bawah hamparan kebun kopi kita yang hijau, ternyata tersimpan sebuah kekuatan purba yang menggerakkan dunia? Pada kesempatan ini, kami ingin mengajak kita semua untuk tidak hanya bangga atas keharuman aroma kopi di pagi hari, tetapi juga atas “api” yang terkandung dalam perut bumi kita yang tercinta. 

Lahat adalah dua sisi mata uang yang sama-sama berharga dan mutlak, antara lain surga kopi kita di atas dan lumbung energi bumi kita yang di dalam.

Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan memiliki 4.361,83 km2 adalah salah satu wilayah yang sangat kaya akan sumber daya pangan dan energi. 

BACA JUGA:Pertamina EP Limau Field Kuatkan Kelompok Wanita Tani untuk Wujudkan Pertanian Ramah Lingkungan

BACA JUGA:Melampaui Target Perolehan Mendali, Cabor Kempo Berhasil Harumkan Nama Kabupaten Muara Enim

Dengan populasi sebanyak 450.281 jiwa. Lahat memiliki banyak potensi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dari pertanian hingga pertambangan. 

Menurut penelitian terbaru oleh GREAT institute, kabupaten tersebut berpotensi mencapai kedaulatan pangan dan energi dengan pengelolaan sumber daya alam dan teknologi terbaru.

Pertanian dan Kopi sebagai Tulang Punggung Ekonomi Potensial Lahat, Sumatera Selatan sebagai penghasil kopi terbesar telah menjadikannya salah satu komoditas utama dengan angka pendapatan Rp 1,3 triliun yang berasal dari kopi. 

Pada 2018, terdapat sebanyak 54.441 hektar kebun kopi dan produksi kopi mencapai 22.722 ton per tahun. 

BACA JUGA:Dari IUP ke HGU: Melihat Masa Depan Lahan Pasca Tambang Batubara yang Berkelanjutan di Sumatera Selatan

BACA JUGA:7 Dampak Jika Makan Buah Cokelat Secara Berlebih

Meskipun bergantung pada potensi tersebut, data ini menjadi kurang akurat ketika ingin melakukan manajemen terhadap komoditas ini disebabkan kurang sesuainya data kopi yang didapatkan dan fakta yang sebenarnya di lapangan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan