Sudut Pandang Psikologi: Sekolah Militer Mengatasi Kenakalan Remaja

KENAKALAN remaja mencakup berbagai bentuk perilaku menyimpang dimana tindakan tawuran pelajar, bullying, penyalahgunaan narkoba, kekerasan dan kenakalan seksual. Foto: umar diharja--

Tokoh psikologi Kohlberg menjelaskan bahwa perkembangan moral remaja dipengaruhi oleh interaksi langsung dengan norma-norma sosial dan sistem hukum. 

BACA JUGA:Posyandu Remaja: Inovasi Desa Muara Gula Baru Wujudkan Generasi Sehat dan Berkualitas

Lingkungan sekolah militer yang menerapkan aturan jelas dan konsekuensi nyata dapat mempercepat internalisasi nilai moral dan peningkatan tahap moralitas remaja.

Teori penguatan reinforcement oleh Skinner menyatakan bahwa perilaku yang diberi penguatan positif akan lebih mudah dibiasakan. 

Dalam konteks sekolah militer, bentuk penguatan bisa berupa apresiasi atas kedisiplinan, kerja sama tim, dan prestasi fisik maupun akademik. 

Sebaliknya, sanksi yang tegas namun proporsional berfungsi sebagai punishment yang bertujuan untuk menekan perilaku negatif tanpa merusak harga diri siswa. 

BACA JUGA:Menyoroti Dampak Pergaulan Bebas di Kalangan Gen Z: Karang Taruna Lawang Kidul Gelar Seminar Remaja

Erikson (1968) menggarisbawahi bahwa masa remaja adalah fase pencarian identitas. 

Sekolah militer memberikan ruang bagi siswanya untuk mengeksplorasi peran sosial, tanggung jawab, dan nilai-nilai kepemimpinan. 

Hal ini membantu proses integrasi identitas yang sehat dan mengurangi risiko identity confusion atau kebingungan identitas. 

Selain itu, aktivitas fisik, latihan kepemimpinan, dan partisipasi dalam tim dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kompetensi diri (self-efficacy) yang selama ini mungkin hilang karena lingkungan negatif sebelumnya.

BACA JUGA:Pembinaan Tradisi Bintara Remaja, Kuatkan Jiwa Korsa Bhayangkara

Remaja umumnya memiliki kesulitan dalam mengatur emosi dan impuls. 

Program latihan fisik, meditasi ringan, dan pembiasaan hidup teratur di sekolah militer dapat membantu otak bagian prefrontal cortex berkembang, yaitu pusat pengambilan keputusan dan kontrol diri. 

Beberapa studi menunjukkan hasil positif dari pendidikan berbasis militer di Amerika Serikat, juvenile boot camp atau kamp pelatihan militer untuk remaja delinkuen (dibawah 18 tahun) yang memiliki perilaku menyimpang atau pelanggaran hukum, dilaporkan berhasil menurunkan angka kekerasan dan mendukung reintegrasi sosial. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan