PTBA Dukung Pengembangan UMKM Berbasis Alam melalui Madu Galo-Galo Cupiang

PTBA Dukung Pengembangan UMKM Berbasis Alam melalui Madu Galo-Galo Cupiang.--
BACA JUGA:BASIC Resmi Diluncurkan, PTBA Ajak Masyarakat Ring 1 Ciptakan Inovasi Sosial Berdampak Nyata
Lebih dari sekadar madu mentah, Hery dan tim terus berinovasi menciptakan produk turunan bernilai tambah seperti sabun dan sampo propolis, balsem herbal, masker wajah, kopi propolis, hingga madu saset dan madu premium.
Bee pollen yang kaya nutrisi bahkan diolah menjadi sabun dan masker wajah. Inovasi ini membuka peluang pasar yang lebih luas, terutama di kalangan konsumen yang peduli kesehatan dan kealamian produk.
Dalam satu periode panen selama 1,5 bulan, omzet Madu Galo-Galo Cupiang bisa mencapai Rp56 juta.
Angka ini menjadi bukti bahwa usaha kecil berbasis alam dapat berkembang pesat bila dikelola secara serius dan mendapat dukungan ekosistem usaha yang tepat.
BACA JUGA:BASIC Resmi Diluncurkan, PTBA Ajak Masyarakat Ring 1 Ciptakan Inovasi Sosial Berdampak Nyata
Namun yang menjadikan kisah Cupiang begitu inspiratif adalah semangat keberlanjutan yang dibawanya.
Hery tidak hanya menjadikan lebah tanpa sengat sebagai sumber ekonomi, tetapi juga sebagai alat pelestarian ekosistem dan edukasi masyarakat akan pentingnya menjaga alam.
Melalui usaha ini, ia turut mendorong penguatan ekonomi lokal berbasis hasil hutan bukan kayu, sembari mempertahankan kearifan lokal.
PT Bukit Asam Tbk, melalui Rumah BUMN Sawahlunto, melihat potensi ini sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam mendukung UMKM lokal agar bisa tumbuh, mandiri, dan berdaya saing global.
Dukungan yang diberikan tidak hanya dalam bentuk fasilitas dan pelatihan, tetapi juga membuka jejaring promosi dan pemasaran lintas daerah dan negara.
BACA JUGA:PTBA Ubah Lahan Bekas Tambang Ilegal Jadi Kawasan Pertanian Produktif
Kisah Madu Galo-Galo Cupiang menunjukkan bahwa dari sebuah kota kecil bersejarah seperti Sawahlunto, produk lokal berkualitas bisa tumbuh besar dan menembus dunia.