Flexing di Media Sosial: Tren Kekinian yang Bisa Jadi Bumerang Psikologis

Unggahan tentang barang mewah, liburan eksklusif, hingga prestasi pribadi, kerap memenuhi beranda digital. foto:Ist--
Namun, penting untuk memahami batas antara ekspresi diri yang sehat dengan kebiasaan yang bisa menjelma tekanan psikologis.
Flexing tidak selalu identik dengan hal buruk. Selama dilakukan secara proporsional, ia bisa menjadi sarana apresiasi diri.
BACA JUGA:Dampak Ekonomi dan Sosial: Sumsel Jadi Pusat Distribusi Strategis Karena Jalan Tol
BACA JUGA:Solusi Pertanian Masa Depan, Mina Padi untungkan Petani!
Namun ketika flexing dijadikan satu-satunya sumber rasa berharga, risiko gangguan mental mengintai dan dapat menjerumuskan individu ke dalam lingkaran kecemasan yang sulit dihindari.