Gending Sriwijaya: Rahasia Lagu dan Tarian Kerajaan Palembang yang Menyihir Tamu dari Seluruh Dunia

Gending Sriwijaya, simbol kejayaan budaya Palembang, masih hidup lewat tarian penyambut tamu kehormatan.--

Tarian ini biasanya dipentaskan oleh sembilan penari perempuan muda yang mengenakan busana adat Aesan Gede, lengkap dengan selendang mantri, dodot, tanggai, dan aksesoris khas lainnya.

Dalam pertunjukannya, dua penari tambahan membawa payung dan tombak, melambangkan perlindungan dan kekuasaan, sementara seorang penyanyi berdiri di belakang, mengalunkan lagu Gending Sriwijaya.

Musik pengiring awalnya berupa gamelan dan gong, meski kini kerap menggunakan rekaman modern untuk efisiensi dan kelestarian.

BACA JUGA:Pj Bupati Muara Enim Kenalkan Tarian Ngibing di Sumsel Expo 2024 Lampung

Yang paling sakral, penari utama membawa tepak berisi Sekapur Sirih—sebuah simbol penyambutan istimewa yang dahulu hanya dipersembahkan oleh putri raja, bangsawan, atau keluarga sultan.

Dari Istana ke Dunia: Diplomasi Budaya dalam Balutan Seni

Tarian dan lagu ini bukan sekadar hiburan; ia adalah bentuk diplomasi budaya. Gending Sriwijaya telah menjadi bagian dari protokol penyambutan kepala negara, menteri, duta besar, hingga tamu kehormatan dari negara sahabat yang berkunjung ke Sumatera Selatan.

Keanggunan gerak, keindahan busana, dan harmoni musiknya mampu memikat siapa saja, membawa tamu penting seolah menyelami masa keemasan Sriwijaya, negeri besar yang dihormati dunia.

BACA JUGA:Mengenal Ikan Belida: Keunikan, Manfaat Ekonomi, dan Upaya Pelestarian

Kini, di tengah era modernisasi dan globalisasi, Gending Sriwijaya tetap bertahan sebagai identitas budaya Palembang.

Namun tantangannya tetap besar: regenerasi penari, pelestarian musik aslinya, hingga dokumentasi sejarahnya harus terus diperjuangkan agar tidak hilang di telan zaman.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan