Dulu Berjaya di Indonesia: Quiksilver, Billabong dan Volcom Menutup Gerai Hadapi Kenyataan Pahit
![](https://enimekspres.bacakoran.co/upload/692bb5ad6f16b1fe70272a183eb0118b.jpg)
Quiksilver, Billabong dan Volcom, tiga merek terkenal harus menghadapi kenyataan pahit hingga menutup gerai. Foto: net--
BACA JUGA:HPN 2025: Membedah Prabowonomics dan AI dalam Transformasi Ekonomi dan Media
Oleh karena itu, strategi yang akan diterapkan adalah mendistribusikan produk Quiksilver, Billabong, dan Volcom melalui pengecer khusus, department store, serta platform daring.
Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan masa depan yang lebih fleksibel dan berkelanjutan bagi ketiga merek tersebut.
Penutupan ini menambah daftar panjang perusahaan ritel yang harus menutup gerainya pada 2025.
Sejumlah peritel besar lainnya, seperti Kohl’s dan Macy’s, juga telah mengumumkan rencana penutupan beberapa lokasi mereka.
BACA JUGA:Menyandingi Kalimantan: Sumsel Berubah Pasca Jadi Lirikan Investor Munuju Pusat Ekonomi Baru
Berdasarkan laporan dari Coresight Research, lebih dari 15.000 toko diprediksi akan tutup sepanjang tahun ini, lebih dari dua kali lipat jumlah yang tercatat pada tahun sebelumnya.
Fenomena ini mencerminkan tantangan berat yang dihadapi industri ritel, terutama bagi perusahaan yang masih bergantung pada penjualan di toko fisik tanpa strategi digital yang matang.
Selain itu, kondisi ekonomi yang tidak menentu turut memengaruhi pasar keuangan.
Pada Jumat, 31 Januari 2025, bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan signifikan.
BACA JUGA:Pusat Ekonomi Baru Tarik Perhatian Investor, Wajah Sumsel Dipastikan Berubah!
Indeks S&P 500 turun 0,50 persen ke posisi 6.040,53, sementara indeks Dow Jones melemah 337,47 poin atau 0,75 persen dan ditutup di level 44.544,66, dengan penurunan terbesar dialami oleh saham Chevron.
Indeks Nasdaq juga mengalami penurunan sebesar 0,28 persen ke level 19.627,44.
Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif agresif yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang akan mulai diberlakukan pada 1 Februari 2025 terhadap mitra dagang utama AS.
Perubahan besar dalam industri ritel dan kondisi ekonomi global menjadi peringatan bagi banyak perusahaan untuk segera beradaptasi dengan dinamika bisnis yang terus berkembang.